TYPE C
TYPE C — Pewarnaan (Dyed Jadeite / Dyed Gemstones)
1. Definisi
Type C adalah kode khusus untuk Jadeite (giok jenis giokite) yang telah mengalami proses pewarnaan (pewarnaan) buatan manusia.
Warna aslinya sudah memudar atau pucat, lalu diisi zat pewarna sintetis untuk meniru warna hijau, ungu, atau merah alami.
Proses ini tidak mengubah struktur mineral , tetapi mengisi pori-pori mikro dan retakan dengan bahan kimia berwarna.
Pada batu giok, sistem klasifikasi ABC berasal dari pasar Asia (Hong Kong Jade Association) dan diadopsi internasional oleh GIA / SSEF / CIBJO.
Kode “Type C”tidak digunakan pada batu lain secara formal, meskipun banyak batu juga mengalami prosespencelupan.
2. Proses Industri
- Bleaching (pemutihan asam) untuk membersihkan kotoran & membuka pori-pori.
- Pewarnaan (pewarnaan) dengan zat pewarna organik (mis. Rhodamin B, Malachite Green, atau pewarna anilin).
- Stabilisasi / waxing ringan agar warna tampak alami & mengilap.
Warna yang dihasilkan sangat menarik tetapi tidak stabil terhadap cahaya, panas, dan pelarut .
3. Batu yang Mengalami Perlakuan Sejenis
A. Jadeite – Type C (kode resmi)
- Pewarnaan dilakukan setelah proses asam.
- Warna umum: hijau terang “apel hijau”, ungu kemerahan, atau kehijauan dengan kilau tidak alami.
- Kadang-kadang dikombinasi dengan Tipe B → disebut Tipe B+C .
B. Batu lain yang Sering Diwarnai (tanpa kode Type C, tapi prosesnya sama)
- Agate / Chalcedony – Direndam larutan gula + asam / pewarna sintetis → menghasilkan warna oranye, merah, biru.
- Coral (karang permata) – Dicat atau diresapi pewarna organik agar merah merata.
- Mutiara (mutiara) – Disuntik atau diasapi dengan pewarna organik / logam untuk warna emas, abu-abu, atau hitam.
- Pirus – Diwarnai & diimpregnasi resin untuk meniru warna “Persian blue.”
- Quartz & Jade Nephrite – Pewarnaan aniline untuk warna hijau atau lavender muda.
- Lapis Lazuli – Kadang diberi pewarna biru sintetis agar tampak pekat.
4. Ciri-ciri dan identifikasi di Laboratorium
- Warna tidak alami: terlalu seragam atau terlalu cerah dibandingkan struktur serat batu.
- Pola warna mengikuti retakan atau pori (tidak merata di seluruh batu).
- Di bawah sinar UV: sering menunjukkan fluoresensi merah muda, oranye, atau hijau terang dari zat pewarna organik.
- Spektrum UV–Vis: pita menyerap khas zat organik (sekitar 520–550 nm hingga hijau).
- FTIR / Raman: puncak organik tambahan (C–H, C=O) selain pola mineral asli.
- Tes jarum panas (tidak disarankan untuk koleksi): dapat menimbulkan bau kimia / pewarnaan meleleh.
5. Stabilitas dan Etika
- Warna pewarnaan tidak permanen ; bisa pudar bila terkena cahaya UV, pelarut, atau panas.
- Harus diungkapkan secara terbuka dalam laporan laboratorium.
- Label resmi GLI Lab: “Jadeite Jade – Tipe C (Diwarnai)”
atau jika kombinasi: “Tipe B + C (Diputihkan, Diimpregnasi Polimer dan Diwarnai)”
6. Batu Sejenis (Proses Pewarnaan Non-Jadeite)
| Batu | Jenis Pewarnaan | Catatan |
|---|---|---|
| Batu akik | Larutan gula + asam / pewarna sintetis | Warna oranye, merah, hitam |
| Karang | Pewarna organik (aniline) | Warna merah pekat buatan |
| Mutiara | Pewarna metalik / organik / asap | Warna hitam atau abu-abu |
| Pirus | Resin + pewarna biru | Warna lebih cerah dari alami |
| Kuarsa | Disuntik pewarna | Warna ungu / merah muda |
| Lapis Lazuli | Pewarna sintetis biru | Permukaan terlalu biru |
| Giok Nefrit | Pewarna aniline hijau | Tidak stabil, mudah pudar |
7. Dampak Nilai dan Perawatan
- Nilai jual lebih rendah dibandingkan Tipe A.
- Hindari paparan sinar matahari, panas tinggi, pelarut, dan pembersih ultrasonik.
- Bersihkan hanya dengan kain lembut dan air biasa.
- Warna bisa memudar seiring berjalannya waktu; penting memberi pendidikan jujur kepada klien.
8. Kesimpulan GLI Lab
Tipe C = pewarna buatan (giok yang diwarnai).
Efeknya hanya visual, tidak memperkuat struktur batu.
Transparansi perdagangan mengharuskan penggunaan label:
“Jadeite yang Diolah – Tipe C (Warna yang Dicelup Tidak Permanen)”
Post Comment